Sign up
Log in
Memburu Peluang Cuan di Juli, Analis Jagokan Saham Konglo hingga Energi
Membagikan
Dengarkan Berita

IDXChannel - Sejumlah analis pasar modal melihat koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang Juni justru membuka peluang akumulasi saham-saham potensial di Juli 2025.

Sektor perbankan, energi, dan saham-saham milik konglomerat seperti Prajogo Pangestu dan Grup Medco disebut-sebut sebagai pilihan menarik.

Selain potensi teknikal yang menguat, prospek dividen dan dampak dari gelombang IPO besar juga menjadi pertimbangan utama para investor dalam menyusun strategi bulan depan.

IHSG turun 4,05 persen sepanjang Juni dan ditutup di level 6.897,40 pada Kamis (26/6/2025). Penurunan ini bertolak belakang dengan tren musiman Juni yang biasanya menguat, dengan probabilitas penguatan 70 persen dalam 10 tahun terakhir.

Sebaliknya, Juli secara historis menunjukkan kinerja positif. Dalam satu dekade terakhir, IHSG menguat di 9 dari 10 kali Juli, dengan rata-rata kenaikan 1,86 persen.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai koreksi pasar saat ini bisa dimanfaatkan untuk mulai mengakumulasi saham-saham tertentu yang punya prospek jangka menengah menarik.

“Saham-saham yang perlu dicermati di Juli adalah saham-saham perbankan,” ujarnya, Kamis (26/6/2025). Menurut Michael, sektor ini akan memainkan peran penting di tengah isu likuiditas yang makin kompleks.

“Permasalahan likuiditas akan membuat saham-saham liquid dengan market cap besar semakin kompleks,” imbuhnya.

Namun, ia menilai koreksi saat ini justru membuka peluang bagi investor jangka menengah. “Koreksi ini bisa dimanfaatkan investor karena area saat ini merupakan area yang cukup baik jika kita lihat dari sisi fundamental,” ujarnya.

Tak hanya itu, Michael mengingatkan soal potensi dividen. “Potensi pembagian dividen jika sama dengan tahun ini, maka di 2026 akan memberikan double digit dividen,” tuturnya.

Sebagai langkah antisipasi terhadap ketidakpastian global, ia juga menyarankan investor mempertimbangkan sektor lain sebagai sarana lindung nilai. “Untuk melakukan hedging dalam mencari alpha di portofolio, saham-saham energi dan gas bisa menjadi pilihan,” kata Michael. Ia menambahkan, “Mengingat tensi Timur Tengah yang belum mereda.”

Michael juga menyinggung aspek teknikal yang perlu dicermati investor. Menurutnya, indeks masih menyisakan celah (gap) yang belum tertutup dari pergerakan sebelumnya.

“IHSG secara teknikal memiliki utang gap up di angka 6.538,” ujarnya. “Ada peluang IHSG menuju area gap up kemarin, yang terjadi di 22 April.”

Sementara itu, Founder WH Project, William Hartanto, menyoroti agenda penting yang akan terjadi di awal bulan depan. Ia menyebut bahwa pasar akan kedatangan gelombang penawaran umum perdana (IPO) yang patut diperhatikan.

“Bulan depan ada peristiwa unik, yaitu IPO massal di tanggal 8,” ujarnya, Kamis (26/6).

Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah IPO PT Chandra Daya Investasi (CDIA), yang berada di bawah kendali konglomerat Prajogo Pangestu. Menurut William, potensi minat terhadap saham ini cukup besar.

“Salah satunya adalah IPO CDIA milik konglo Prajogo Pangestu,” tuturnya. “Mengingat kinerja saham-sahamnya, maka kemungkinan CDIA juga banyak spekulatornya.”

Dengan latar belakang tersebut, William menyebut saham-saham Grup Prajogo layak diperhatikan. “Jadi saham-saham pilihan untuk bulan depan ada di saham-saham Prajogo Pangestu, seperti BREN, TPIA, CUAN, BRPT, dan CDIA,” kata William.

Ia juga memberikan rekomendasi lain menjelang dimulainya semester II-2025. “Untuk menyambut window dressing bisa kita rekomendasikan saham-saham bank seperti BMRI, BBCA, BNLI, dan BNGA,” ujarnya.

Selain sektor keuangan, saham energi juga masuk dalam radar, meski dengan catatan selektif. “Dan saham-saham energi, tapi hanya beberapa karena mengikuti trennya aja, yaitu AMMN dan PGEO,” demikian kata William.

Secara umum, William menilai koreksi IHSG yang terjadi belakangan ini adalah sesuatu yang wajar dari sisi teknikal.

“Ya wajar, karena kan terbentuk double top waktu IHSG sentuh 7.200,” ujarnya, Kamis (26/6/2025). Ia menjelaskan, pola tersebut menandakan kondisi pasar yang sudah jenuh beli.

“Itu adalah kondisi di mana market jenuh beli secara keseluruhan, sehingga pelaku pasar mulai melepas saham untuk mengembalikan posisi cash,” imbuh William. “Hasilnya adalah IHSG turun, belum lagi ada beberapa sentimen eksternal yang lumayan berpengaruh seperti perang dan harga komoditas.”

Meski demikian, William melihat peluang rebound mulai terbuka pada Juli mendatang. Ia menilai, koreksi yang dipicu sentimen negatif cenderung berlangsung singkat.

“Bulan depan adalah momentum untuk rebound,” ujarnya. Menurutnya, pelemahan dari pola grafik saat ini tidak akan berlangsung lama.

“Karena sempat ada sentimen negatif maka panic sell-nya lebih cepat terjadi, sehingga market akan lebih cepat mencapai kondisi jenuh jual,” tuturnya. Ia memperkirakan, “Pertengahan Juli 2025 IHSG sudah reversal dan bullish kembali.”

Pandangan serupa turut disampaikan pengamat pasar saham Dimas Ramadhani. Ia menanggapi pertanyaan mengenai saham-saham yang patut dicermati investor selama Juli.

“Grup Barito,” ujar Dimas, Kamis (26/6/2025). Seperti William, ia menilai grup usaha tersebut tengah menjadi sorotan karena satu anak usahanya akan segera melantai di bursa.

“Mengingat salah satu perusahaan dalam grup-nya akan segera IPO, yakni CDIA,” imbuhnya.

Selain itu, Dimas juga menyoroti saham komoditas berbasis tembaga dan emas milik Grup Medco—yang juga terafiliasi dengan Grup Salim—yang belakangan menunjukkan kekuatan teknikal.

“AMMN juga saya melihat cukup menarik dengan price action yang terjadi selama market turun kemarin,” ucap Dimas.

Ia bahkan membuka kemungkinan bahwa saham tersebut akan memainkan peran penting ke depan. “Mungkin AMMN akan dijadikan salah satu saham yang digunakan investor asing untuk menaikkan IHSG juga ke depannya,” katanya.

Lebih lanjut, Dimas menilai peluang penguatan IHSG kembali terbuka, terutama jika mengacu pada pergerakan indeks menjelang akhir Juni. Ia memperkirakan, IHSG berpotensi kembali ke atas level 7.000 pada pekan depan.

“Dengan melihat pergerakan dan penutupan IHSG hari ini, kemungkinan besar IHSG akan kembali ke level 7.000 ke atas di minggu depan,” ujar Dimas.

Ia pun menyebutkan beberapa faktor yang menjadi justifikasi dari pandangan tersebut. “Banyak saham big cap yang pergerakannya jauh lebih baik dari seminggu terakhir, disertai dengan volume yang cukup besar,” tuturnya. Menurut Dimas, ini menjadi hal yang menarik karena selama sepekan terakhir pasar relatif kering likuiditas.

Dari sisi teknikal, ia menyoroti pola candle yang terbentuk pada dua hari terakhir. “Jika kita lihat candle IHSG dua hari terakhir membentuk candle pattern bullish harami yang mengindikasikan pembalikan arah,” imbuhnya. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Disclaimer:Artikel ini mewakili pendapat penulis saja. Artikel ini tidak mewakili pendapat Webull, juga tidak boleh dipandang sebagai indikasi bahwa Webull setuju dengan atau mengkonfirmasi kebenaran atau keakuratan informasi.Seharusnya tidak dianggap sebagai saran investasi dari Webull atau siapa pun, juga tidak boleh digunakan sebagai dasar dari keputusan investasi apa pun.
What's trending
No content on the Webull website shall be considered a recommendation or solicitation for the purchase or sale of securities, options or other investment products. All information and data on the website is for reference only and no historical data shall be considered as the basis for judging future trends.