Sign up
Log in
Saham APEX-ENRG Cs Berpesta di Tengah Lonjakan Harga Minyak
Membagikan
Dengarkan Berita

IDXChannel – Harga saham emiten minyak dan gas (migas) melonjak pada awal perdagangan Senin (23/6/2025), seiring kenaikan harga energi di pasar global menyusul memanasnya konflik di Timur Tengah setelah Amerika Serikat (AS) turun tangan.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.49 WIB, saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) melambung 25,00 persen ke Rp170 per unit, PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) melejit 20,63 persen, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) terkerek 5,59 persen.

Kemudian, saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) naik 4,53 persen, PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) tumbuh 4,44 persen, dan PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) terkerek 3,75 persen.

Tidak ketinggalan, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) terapresiasi 3,50 persen dan PT Elnusa Tbk (ELSA) menghijau 2,23 persen.

Harga minyak mentah WTI naik lebih dari 2 persen ke sekitar USD75,9 per barel pada Senin, mendekati level tertingginya sejak Januari, setelah Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan ke tiga fasilitas nuklir Iran akhir pekan lalu.

Mengutip Trading Economics, Keterlibatan langsung AS dalam konflik ini memicu kekhawatiran bahwa Iran akan membalas dengan mengganggu aliran minyak global dari kawasan Timur Tengah. Iran merupakan produsen dan eksportir minyak utama, serta berada di sekitar Selat Hormuz—jalur sempit yang dilalui sekitar 20 persen minyak mentah dunia.

Menurut media pemerintah, parlemen Iran pada Minggu telah menyetujui usulan untuk menutup Selat Hormuz, meskipun keputusan akhir berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi dan Pemimpin Tertinggi Iran.

Analis Phillip Nova, Priyanka Sachdeva, dilansir dari Dow Jones Newswires, mengatakan bahwa pasar minyak kini bersiap menghadapi reaksi Iran atas serangan AS. Ia mencatat potensi Iran untuk mencoba menutup Selat Hormuz yang merupakan koridor energi strategis. Meski harga minyak sempat melonjak, perdagangannya di awal sesi Asia terlihat stabil—menandakan bahwa sebagian besar “premi perang” sudah tercermin dalam harga.

Sachdeva menambahkan, untuk mendorong harga lebih tinggi lagi, harus ada bukti gangguan nyata terhadap pasokan. Sentimen saja tidak cukup, apalagi mengingat OPEC+ masih memiliki kapasitas cadangan yang besar. Namun, ketidakpastian masih sangat tinggi di pasar minyak.

Analis Danske Bank, Minna Kuusisto, menyebut, jika konflik Iran-Israel membuat Selat Hormuz tak dapat dilayari, maka hal itu akan memicu guncangan pasokan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Hanya sebagian kecil dari volume energi yang melewati jalur itu yang bisa dialihkan ke rute alternatif. Jika seluruh lalu lintas dihentikan, pasokan minyak global bisa turun lebih dari 18 juta barel per hari—hampir 20 persen.

Angka ini jauh lebih besar dibandingkan tiga guncangan besar dalam 50 tahun terakhir. Untuk gas alam cair (LNG), tidak ada jalur alternatif sama sekali, sehingga dampaknya bisa sangat parah bagi pasar gas global.

Iran memiliki berbagai cara untuk mengganggu lalu lintas energi, meski Danske Bank menilai penutupan penuh Selat Hormuz menjadi pilihan terakhir. Selain bisa memicu respons keras dari AS, perekonomian Iran juga bergantung pada selat tersebut. Namun, situasi yang genting bisa memaksa diambilnya langkah yang ekstrem. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Disclaimer:Artikel ini mewakili pendapat penulis saja. Artikel ini tidak mewakili pendapat Webull, juga tidak boleh dipandang sebagai indikasi bahwa Webull setuju dengan atau mengkonfirmasi kebenaran atau keakuratan informasi.Seharusnya tidak dianggap sebagai saran investasi dari Webull atau siapa pun, juga tidak boleh digunakan sebagai dasar dari keputusan investasi apa pun.
What's trending
No content on the Webull website shall be considered a recommendation or solicitation for the purchase or sale of securities, options or other investment products. All information and data on the website is for reference only and no historical data shall be considered as the basis for judging future trends.