Sign up
Log in
Saham ARCI Melesat Sendirian saat Emiten Emas Lainnya Tumbang
Membagikan
Dengarkan Berita

IDXChannel – Saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) menarik perhatian pelaku pasar setelah melonjak pada Jumat (20/6/2025), di saat saham emiten emas lainnya cenderung berguguran.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham ARCI ditutup melesat 9,17 persen ke level Rp655 per unit. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp126,3 miliar dan volume perdagangan 195,7 juta saham.

Lonjakan ini memperpanjang tren kenaikan tajam ARCI dalam dua pekan terakhir, dengan total kenaikan lebih dari 88 persen selama sebulan belakangan.

Secara teknikal, lonjakan harga diiringi oleh lonjakan volume transaksi, mengindikasikan masuknya aksi beli besar. Dengan harga tertinggi hari ini menyentuh Rp715, saham ini berhasil menembus level resistance krusial di kisaran Rp600 – Rp625.

Kenaikan harga yang disertai dengan lonjakan volume adalah konfirmasi kuat bahwa ini bukan sekadar reli jangka pendek. Breakout di atas Rp655 membuka jalan menuju target selanjutnya di Rp725 hingga Rp750.

Meski tren saat ini mengarah ke atas, terdapat pula risiko jangka pendek. Kenaikan cepat seperti ini kerap diikuti oleh aksi ambil untung alias profit-taking. Jika tekanan jual muncul, koreksi ke Rp600-Rp575 bisa menjadi peluang beli lanjutan (buy on dip).

Penguatan signifikan saham ARCI hari ini kontras dengan koreksi saham emiten emas lainnya—yang terseret penurunan pasar secara umum. Saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), misalnya, merosot 5,61 persen. Kemudian, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tergerus 3,90 persen dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) terdepresiasi 3,48 persen.

Saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) juga turun 1,90 persen, sedangkan PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) melemah 1,67 persen.

Kabar teranyar, ARCI mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar USD80 juta untuk 2025.

Meski sedikit lebih rendah dibandingkan capex 2024 yang mencapai USD91,8 juta, perusahaan akan memfokuskan anggaran tersebut untuk melanjutkan kegiatan eksplorasi tambang emas baru serta pengembangan segmen energi panas bumi (geothermal) yang tengah digarap sebagai lini bisnis terbaru.

"Untuk capex kurang lebih sekitar USD80 juta, ini untuk pengembangan baik itu kegiatan eksplorasi maupun kegiatan penambangan bawah tanah atau underground tahun ini," kata Direktur ARCI Hidayat Dwiputro Sulaksono dalam paparan publik di Jakarta Selatan, Kamis (19/6/2025).

Pembiayaan untuk infrastruktur, kata Hidayat, telah selesai dilakukan sepanjang tahun lalu, sehingga alokasi capex tahun ini diakui lebih rendah.

Kegiatan eksplorasi dan pengembangan tambang bawah tanah masih menjadi fokus perusahaan. ARCI telah membuka pit baru di bagian utara konsesi, dan memulai kembali penambangan bawah tanah.

Di sisi lain, perusahaan tengah fokus menggarap proyek baru energi panas bumi melalui anak usaha PT Toka Tindung Geothermal (TTG), yang merupakan entitas JV antara ARCI dengan PT Ormat Geothermal Indonesia (Ormat).

"Untuk kegiatan geothermal kita saling berkoordinasi dengan Ormat untuk bujet dan sebagainya," kata Hidayat.

Manajemen melaporkan TTG telah mengantongi Izin Panas Bumi untuk wilayah Ranowulu, Bitung, Sulawesi Utara, dengan target kapasitas produksi listrik tenaga panas bumi sebesar 40 MW.

Direktur Utama ARCI, Rudy Suhendra, mengatakan untuk proses selanjutnya, perusahaan menanti izin lingkungan sebelum eksekusi lapangan.

"Ini menjadi langkah awal yang penting bagi diversifikasi energi bersih kami,” kata Rudy. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Disclaimer:Artikel ini mewakili pendapat penulis saja. Artikel ini tidak mewakili pendapat Webull, juga tidak boleh dipandang sebagai indikasi bahwa Webull setuju dengan atau mengkonfirmasi kebenaran atau keakuratan informasi.Seharusnya tidak dianggap sebagai saran investasi dari Webull atau siapa pun, juga tidak boleh digunakan sebagai dasar dari keputusan investasi apa pun.
What's trending
No content on the Webull website shall be considered a recommendation or solicitation for the purchase or sale of securities, options or other investment products. All information and data on the website is for reference only and no historical data shall be considered as the basis for judging future trends.