Sign up
Log in
Prospek 3 Saham Grup Bakrie: DEWA, BUMI, dan BRMS Masuki Fase Transformasi
Membagikan
Dengarkan Berita

IDXChannel - Tiga emiten Grup Bakrie, yang juga terafiliasi dengan Grup Salim, tengah mencuri perhatian pelaku pasar.

PT Darma Henwa Tbk (DEWA), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menunjukkan prospek pertumbuhan yang menjanjikan seiring transformasi bisnis dan strategi ekspansi yang agresif.

Dalam riset terbarunya, Sucor Sekuritas merekomendasikan ketiganya sebagai saham potensial dengan fundamental yang menguat dan peluang rerating yang signifikan.

DEWA

Dalam riset tertanggal 27 Mei 2025, Sucor Sekuritas menyebut DEWA sebagai kandidat kuat saham compounder—yakni saham dengan kemampuan tumbuh berkelanjutan dalam jangka panjang. Di bawah kepemimpinan baru dan didukung Grup Salim serta Bakrie, DEWA menunjukkan lonjakan kinerja operasional.

Return on Invested Capital (ROIC) diperkirakan melonjak dari 2,8 persen di 2024 menjadi 15,4 persen pada 2027, seiring pertumbuhan EPS sebesar 254 persen CAGR dalam tiga tahun ke depan. Transformasi ini didorong efisiensi melalui pengurangan porsi subkontraktor, yang sukses mengerek margin EBIT menjadi 11 persen di kuartal I-2025.

Analis Sucor menjelaskan, DEWA menargetkan volume pengerjaan proyek in-house naik 200 persen yoy menjadi 90 juta bank cubic meter (bcm) pada akhir 2025.

Dengan strategi belanja modal disiplin dan dukungan pembiayaan vendor dari XCMG, DEWA diproyeksikan meraih pendapatan tambahan USD148 juta hanya dengan capex USD82 juta. Potensi katalis tambahan antara lain kontrak 100 juta bcm baru pada 2026, divestasi aset emas Gayo Mineral, serta peluang masuk indeks FTSE dan MSCI.

Sucor juga menaikkan target harga saham DEWA menjadi Rp350 dari harga saat ini di Rp185 per unit.

“[Target harga tersebut] mencerminkan keyakinan kami bahwa perusahaan ini tengah memasuki tahap awal dari turnaround operasional jangka panjang,” kata analis Sucor.

Pergeseran strategi dari model bisnis berbasis subkontraktor ke pengerjaan proyek secara mandiri diperkirakan akan mendongkrak margin operasional dari hanya 3 persen pada 2024 menjadi 20 persen pada 2027.

“Transisi ini semakin solid dengan neraca keuangan yang sehat, akses pendanaan yang lebih baik, dan kontrol operasional yang kian kuat,” demikian kata analis Sucor.

BUMI

BUMI membuka babak baru dengan target ambisius: menghasilkan 50 persen EBITDA dari segmen non-batu bara pada 2030. Dalam riset bertanggal 16 Juni 2025, Sucor Sekuritas merekomendasikan beli (buy) dengan target harga Rp160 per saham.

Sebagai produsen batu bara terbesar di Indonesia, BUMI tetap solid dengan target produksi 80 juta ton per tahun dari KPC dan Arutmin. Reformasi struktur royalti Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) menjadi katalis margin baru—tarif turun dari 28 persen ke 19 persen—yang meningkatkan efisiensi secara struktural.

Sucor memproyeksikan laba bersih BUMI rebound 14 persen menjadi USD72 juta pada 2026 seiring stabilnya harga batu bara, turunnya biaya bahan bakar, dan penuh manfaat dari skema royalti baru. Sementara itu, langkah diversifikasi mencakup akuisisi tambang emas di Australia dan konsesi bauksit yang akan dikembangkan menjadi smelter alumina senilai USD1,5 miliar.

BRMS

Dengan cadangan 5 juta ons troy (oz) emas, BRMS menegaskan dirinya sebagai salah satu penambang emas terbesar di Indonesia. Sucor Sekuritas menaikkan rekomendasi menjadi beli (buy) dengan target harga Rp750 per unit, didukung lonjakan produksi dan ekspansi agresif.

Aset utama BRMS, Citra Palu Mineral (CPM), akan meningkatkan produksi emas dari 65 ribu oz pada 2024 menjadi 183 ribu oz di 2029, berkat pengembangan tambang bawah tanah River Reef dengan kadar emas 4,3 g per t (4,3 gram emas per ton batuan [bijih]).

“Yang penting, lonjakan produksi ini tidak memerlukan perluasan fasilitas pabrik, karena pabrik pengolahan yang ada memang sejak awal dirancang untuk menangani kapasitas yang lebih besar,” kata analis Sucor, dalam riset yang terbit pada 16 Juni 2025.

Di sisi lain, proyek Gorontalo Mineral (GM) siap menjadi tumpuan pertumbuhan berikutnya dengan target produksi 14 ribu oz emas pada 2028. BRMS diproyeksikan mencetak pertumbuhan laba 88 persen CAGR selama empat tahun, berpotensi mencapai harga wajar (fair value) Rp900 per saham dalam skenario harga emas USD5.000 per oz pada 2028. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Disclaimer:Artikel ini mewakili pendapat penulis saja. Artikel ini tidak mewakili pendapat Webull, juga tidak boleh dipandang sebagai indikasi bahwa Webull setuju dengan atau mengkonfirmasi kebenaran atau keakuratan informasi.Seharusnya tidak dianggap sebagai saran investasi dari Webull atau siapa pun, juga tidak boleh digunakan sebagai dasar dari keputusan investasi apa pun.
What's trending
No content on the Webull website shall be considered a recommendation or solicitation for the purchase or sale of securities, options or other investment products. All information and data on the website is for reference only and no historical data shall be considered as the basis for judging future trends.