IDXChannel – Emiten sektor pertambangan dan akomodasi, PT Singaraja Putra Tbk (SINI) belum mencatatkan penjualan dari segmen batu bara hingga kuartal I-2025.
Padahal perseroan telah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp50 miliar untuk memacu produksi batu bara melalui entitas usahanya.
Manajemen menjelaskan, nihilnya pendapatan dari segmen tersebut disebabkan oleh rusaknya jalan angkut batu bara akibat banjir serta curah hujan yang ekstrem.
"Belum terdapatnya penjualan dari segmen operasi batubara dikarenakan adanya kendala terkait kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan sehingga tidak dapat dilalui," tutur manajemen menjawab pertanyaan Bursa, Selasa (17/6/2025).
Untuk mengatasi kondisi ini, perseroan telah mengambil sejumlah langkah strategis dalam mendorong kinerja segmen batu bara yang dikelola oleh entitas anak, PT Dwi Daya Swakarya.
Kemudian entitas anak tidak langsung di sektor tambang, yakni PT Pasir Bara Prima (PBP) dan PT Persada Kapuas Prima (PKP), telah menandatangani kerja sama strategis dengan sejumlah emiten.
PBP menggandeng PT Petrosea Tbk (PTRO), sementara PKP menjalin kemitraan dengan PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), anak usaha dari PT BUMA Internasional Grup Tbk (DOID).
Dari kerja sama tersebut, PKP telah melakukan first cut atau langkah awal operasional produksi tambang batu bara pada 14 Juni 2025.
Momen ini menjadi sinyal positif dimulainya aktivitas produksi yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan pendapatan perseroan ke depannya.
Strategi SINI dorong penjualan dan diversifikasi usaha
Perseroan berencana meningkatkan kinerja segmen tambang dengan mempercepat pengembangan tambang-tambang yang belum beroperasi agar segera menghasilkan produksi. Perusahaan juga aktif memperbaiki sarana dan prasarana pendukung kegiatan tambang.
Selain itu, perseroan akan menjalankan diversifikasi usaha melalui sektor akomodasi jangka pendek. Saat ini, perseroan sedang melakukan studi kelayakan (feasibility study) untuk membuka lokasi usaha baru dengan tingkat hunian yang lebih tinggi guna mendorong pendapatan dari segmen ini.
"Kerja sama strategis dengan pihak ketiga juga sedang dijajaki dalam pengelolaan unit akomodasi," ujar manajemen.
Kemudian inovasi produk juga menjadi prioritas. Di mana perseroan berencana menambah varian produk yang dihasilkan serta membuka pasar baru agar dapat memperoleh kontrak-kontrak baru dari pelanggan potensial.
Dengan berbagai strategi pemulihan dan ekspansi tersebut, manajemen optimistis kinerja operasional dan keuangan perseroan akan membaik dalam beberapa kuartal ke depan.
Hingga akhir 2024, SINI masih mencatatkan rugi Rp30,9 miliar, dengan rugi per saham mencapai Rp64,37 per saham.
(DESI ANGRIANI)