IDXChannel - Investor institusi (big fund) domestik memborong saham di sektor logam sepanjang Mei 2025. Saham-saham logam seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) banyak diburu investor lokal.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Erindra Krinawan menyebut, selain logam (-43 bps), big fund lokal menambah bobot investasi di sektor otomotif (+33 bps) dan ritel (+20 bps). Sebagai gantinya, saham-saham teknologi dilepas cukup signifikan (-52 bps), diikuti petrokimia (-41 bps) dan konsumer (-32 bps), berdasarkan data KSEI.
“Sentimen pelemahan dolar AS menjadi pendorong kenaikan harga logam, sementara saham-saham teknologi terkena tekanan karena rotasi ke sektor riil,” ujarnya dalam laporan Equity Strategy edisi Juni 2025 dikutip Sabtu (7/6/2025).
Erindra mengatakan, saham logam seperti ANTM diakumulasi besar-besaran, dengan kepemilikan investor domestik naik hingga +109 bps, tertinggi di sektor ini. Investor, kata dia, masih netral di MBMA dan cenderung underweight di AMMN (-278 bps), sehingga membuka peluang kenaikan saham di sektor yang sama.
Lonjakan minat terhadap saham logam tak lepas dari performa cemerlang sektor ini sejak awal tahun. Di kuartal I-2025, emiten-emiten logam mencatat pertumbuhan laba hingga 230 persen dan labanya diperkirakan bisa naik 63 persen setahun penuh.
“Harga nikel pig iron (NPI) mulai bangkit dari titik terendah USD11.500 per ton ke USD11.700. Ini mengindikasikan awal dari tren penguatan harga yang biasa terjadi memasuki musim puncak permintaan di kuartal III,” katanya.
Sementara itu, saham-saham perbankan yang selama ini menjadi andalan investor mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan. Laba bersih konsolidasi tiga bank BUMN besar per April 2025 tercatat turun 6,8 persen, jauh di bawah konsensus pertumbuhan tahunan yang dipatok +1,3 persen.
“Tekanan dari penurunan NIM dan naiknya beban operasional membuat kami memperkirakan investor masih akan melakukan trimming pada saham perbankan dalam waktu dekat,” katanya.
Meski begitu, posisi overweight investor di sektor perbankan masih tergolong tinggi, yakni +564 bps (turun dari +585 bps pada April). Sektor lain yang posisinya masih ringan dan bisa menjadi alternatif jika bank terus dilepas yakni batu bara, semen, dan poultry. Namun, minimnya katalis jangka pendek membuat investor masih masih wait and see di ketiga sektor tersebut.
Sektor Ritel dan Otomotif Menarik Minat Baru
Sektor ritel dan otomotif juga mencatat arus masuk dana dari investor lokal. Saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) menjadi tulang punggung sektor ritel, dengan overweight sebesar +151 bps, seiring ekspektasi pemulihan konsumsi domestik dan tren belanja masyarakat yang mulai pulih pasca-Lebaran.
Di sektor otomotif, potensi peningkatan volume penjualan di semester II menjadi alasan utama penambahan posisi. Dukungan dari insentif pemerintah dan stabilnya harga BBM juga menjadi katalis yang diperhitungkan.
Adapun sektor teknologi mengalami pelepasan paling besar sepanjang Mei. Dengan underweight mencapai -98 bps, investor mengambil posisi defensif terhadap saham-saham teknologi, yang sebelumnya mengalami reli cukup tajam.
“Valuasi yang sudah tinggi dan minimnya katalis jangka pendek membuat sektor ini kurang menarik untuk saat ini. Fokus investor bergeser ke sektor yang menawarkan cash flow nyata dan sensitivitas rendah terhadap suku bunga,” ujar Erindra.
(Rahmat Fiansyah)