IDXChannel – Saham emiten logam dasar, termasuk tembaga hingga nikel, melonjak pada perdagangan Rabu (4/5/2025), di tengah upaya pembalikan arah (reversal).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 15.31 WIB, saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) melejit hingga batas auto rejection atas (ARA) 24,86 persen ke level Rp452 per unit.
Saham emiten afiliasinya, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), juga mendaki 8,21 persen. Selain itu, saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) melonjak 12,50 persen, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) terkerek 8,64 persen, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) meningkat 6,86 persen.
Kemudian, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menghijau 5,26 persen, PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) naik 5,07 persen, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) tumbuh 5,04 persen, PT Timah Tbk (TINS) 4,80 persen.
Tiga Saham Potensial
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menyoroti tiga saham logam industri yang dianggapnya menarik untuk dicermati saat ini.
“Secara teknikal, INCO bergerak dalam rentang Elliott Wave di wave 3, proyeksi pucuk wave 3 adalah 4.000,” ujar Michael, Rabu (4/6).
Menurutnya, bottom wave 4 INCO berpotensi di 3.600-3.500, dengan titik akhir dari wave 5 adalah 4.300.
Selain INCO, Michael menilai HRUM juga menarik karena menunjukkan pola pembalikan arah yang cukup kuat. “HRUM memiliki pola reversal dengan pattern cup and handle. Neckline support 860-850, dengan target kenaikan 1.100,” imbuhnya.
Michael juga menyoroti MDKA yang memiliki potensi positif. “MDKA ada rounded reversal pattern, dengan target kenaikan di 2.500,” ucapnya. Dia menekankan, support MDKA di 1.950-1.820.
Harga Komoditas Dibayangi Trump
Kontrak berjangka (futures) tembaga naik kembali di atas USD4,85 per pon pada Rabu, memulihkan kerugian yang tercatat pada sesi sebelumnya di tengah kekhawatiran baru soal tarif.
Melansir dari Trading Economics, Rabu (4/6), investor semakin gelisah menjelang tenggat 4 Juni yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menggandakan tarif impor baja dan aluminium. Hal ini memicu spekulasi bahwa tembaga bisa menjadi sasaran berikutnya di tengah penyelidikan AS terkait impor tembaga.
Pemulihan harga tembaga ini terjadi setelah aksi jual tajam pada Selasa, yang didorong oleh kekhawatiran baru mengenai melemahnya permintaan.
Sebuah survei swasta menunjukkan aktivitas manufaktur China secara tak terduga mengalami kontraksi pada Mei, mencapai level terendah dalam lebih dari dua tahun.
PMI Manufaktur Caixin, yang cenderung mencerminkan kinerja perusahaan kecil yang berorientasi ekspor, mengindikasikan bahwa perusahaan China masih berhati-hati di tengah ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan AS, meskipun ada jeda 90 hari untuk beberapa kebijakan tarif. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.