IDXChannel - Harga nikel masih mendapat dukungan dari pemangkasan produksi nickel pig iron (NPI) dan tingginya harga bijih nikel. Meski begitu, permintaan yang lesu membuat prospek kenaikan harga masih penuh ketidakpastian.
BCA Sekuritas dalam risetnya pada 19 Februari 2025 menyoroti, harga NPI dan baja nirkarat (stainless steel) mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan, seiring dengan turunnya produksi di kedua sektor tersebut.
Namun, ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan masih menjadi tantangan utama, terutama di pasar baja nirkarat. Jika harga NPI naik terlalu tinggi, pabrik baja berpotensi mengurangi pesanan demi menjaga profitabilitas.
Di China, produksi NPI pada Januari turun 12,6 persen month-on-month (MoM) akibat rendahnya harga dan kenaikan biaya bijih nikel, terutama saat Filipina memasuki musim hujan.
Beberapa smelter di utara China juga menghentikan operasi untuk pemeliharaan, mengikuti regulasi lingkungan. Pada Februari, produksi NPI China diperkirakan naik 3,16 persen MoM seiring normalisasi jadwal produksi smelter high-grade.
Sebaliknya, di Indonesia, produksi NPI pada Januari naik 0,99 persen MoM karena smelter masih mencatatkan profitabilitas.
Beberapa wilayah memiliki stok bijih nikel yang cukup dari tahun lalu, meskipun daerah dengan pasokan bijih nikel kadar tinggi terbatas mengalami penurunan kadar logam.
Pada Februari, produksi diproyeksikan turun 3 persen MoM akibat libur Tahun Baru Imlek, meski pasokan dari proyek Obi Island (NCKL-KPS) dapat menahan penurunan lebih lanjut.
Di sektor material baterai, harga katoda nikel masih bergerak dalam rentang terbatas, ditopang oleh stabilnya persediaan nikel sulfat serta pemangkasan produksi prekursor katoda ternary di China.
BCA Sekuritas mencatat, produksi nikel China turun 13 persen MoM pada Januari, terutama akibat pemeliharaan dan lemahnya permintaan. Penurunan lebih lanjut sebesar 9 persen MoM diperkirakan terjadi pada Februari, seiring dengan berkurangnya hari kerja dan musim konsumsi yang masih sepi.
Dengan kondisi ini, BCA Sekuritas mempertahankan rekomendasi underweight untuk sektor nikel.
BCA Sekuritas menilai, faktor utama yang perlu diperhatikan adalah pemulihan permintaan, yang hingga saat ini masih menjadi tantangan bagi sektor nikel secara keseluruhan.
BCA Sekuritas tetap memprioritaskan ANTM sebagai pilihan utama, disusul oleh INCO dan NCKL.
Target harga ANTM dipatok pada Rp2.710 per saham dengan valuasi EV/EBITDA 9,5x (kali), mendekati rata-rata historis. Sementara itu, INCO direkomendasikan buy dengan target harga Rp4.260 per saham, sejalan dengan EV/EBITDA 5,9x yang berada di kisaran -1 standar deviasi.
Kemudian, NCKL, target harganya ditetapkan pada Rp770 per saham dengan EV/EBITDA 6,8x, juga mendekati -1 standar deviasi. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.